Minggu, 30 Desember 2012

Cangkir-cangkir Kehidupan


Suatu hari,ada seorang anak yang hendak memberikan sebuah hadiah kepada Ibunya. Anak ini sudah seharian berkeliling pasar mencari hadiah yang tepat. Hingga kemudian, matanya tertuju pada sebuah cangkir cantik. “Cangkir ini cantik sekali, pasti Ibuku akan menyukainya”.

Namun, saat anak tersebut semakin memperhatikan kecantikan sang cangkir semakin dalam, tiba – tiba cangkir itu seolah-olah berbicara kepadanya. “Ketauhilah nak, dulu aku tidak secantik sekarang. Dulu aku hanyalah seonggok tanah liat, hingga aku mengalami sebuah penderitaan yang sangat hebat.”

“Pada saat itu, aku sangat terkejut, karena tiba – tiba ada tangan manusia yang mengangkatku dan memindahkanku ke suatu tempat. Kemudian kurasakan pusing yang begitu hebat, karena manusia itu memutar – mutar diriku. Bukan hanya itu, ia juga meninjuku berulang – ulang. Kemudian, ia memasukkan diriku ke dalam perapian. Panas membakar kurasakan di seluruh tubuhku.

Namun, akhirnya aku diberikan kesempatan untuk beristirahat, ia membiarkanku mendingin. Ku pikir, selesailah penderitaanku, ternyata belum. Setelah mendinginkanku, ia memberikan diriku kepada orang lain.Orang itu melumuri tubuhku dengan cairan berwarna – warni. Aku sungguh tak menyukai aroma cairan berwarna itu, tapi orang itu tetap saja melakukannya.

Sepertinya, mereka adalah orang – orang yang tak punya rasa belas kasihan. Bagaimana tidak, setelah dilumuri cairan berwarna yang aromanya tidak enak, diriku kembali dimasukkan ke dalam perapian. Bahkan perapian ini lebih panas dan menyiksa dari perapian sebelumnya.

Setelah itu mereka meletakkanku ke dalam sebuah box bening. Kebetulan box tersebut terletak didekat cermin. Betapa terkejutnya diriku, melihat diriku yang kini sangat cantik, jauh berbeda dibanding sebelumnya”.

***

Teman, seperti itulah Allah Subhanahu WaTa'Ala membentuk kita. Pada saat pembentukan itu tidaklah menyenangkan, sakit, penuh penderitaan, dan banyak air mata yang keluar dari mata kita, sering kita mengeluh, marah, bahkan ber-suudzon kepadaNya. Tetapi, itulah cara mengubah kita agar menjadi “cantik” dan memancarkan kemuliaan-Nya.

Teman, anggaplah sebuah kebahagiaan apabila kamu jatuh kedalam berbagai cobaan, memang sulit, tapi cobalah, sebab ujian menghasilkan ketekunan. Dan biarkan ketekunan itu memperoleh buah yang matang agar sempurna, utuh, dan tak kekurangan suatu apapun.

Apabila anda sedang menghadapi ujian hidup, jangan kecil hati, karena Allah Subhanahu WaTa'Ala sedang membentuk anda. Prosesnya memang menyakitkan, tetapi jika semua proses itu telah selesai. Anda akan melihat betapa cantiknya Allah Subhanahu WaTa'Ala membentuk anda. Aamiin.. Ingatlah terus untuk selalu BER- HUSNUDZHAN kepadaNya, karena yakinlah hanya KEBAIKAN yang datang dariNya..!
... Semoga tulisan ini dapat membuka pintu hati kita yang telah lama terkunci ...

Senin, 24 Desember 2012

Kisah malaikat dan pengusaha

Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ...

Seorang pengusaha sukses jatuh di kamar mandi dan akhirnya stroke, sudah 7 malam dirawat di RS di ruang ICU. Di saat orang-orang terlelap dalam mimpi malam, dalam dunia roh seorang Malaikat menghampiri si pengusaha yang terbaring tak berdaya. Malaikat memulai pembicaraan, "Kalau dalam waktu 24 jam ada 50 orang berdoa buat kesembuhanmu, maka kau akan hidup dan sebaliknya jika dalam 24 jam jumlah yang aku tetapkan belum terpenuhi, itu artinya kau akan meninggal dunia!"

"Kalau hanya mencari 50 orang, itu mah gampang ..." kata si pengusaha ini dengan yakinnya.

Setelah itu Malaikat pun pergi dan berjanji akan datang 1 jam sebelum batas waktu yang sudah disepakati.

Tepat pukul 23:00, Malaikat kembali mengunjunginya; dengan antusiasnya si pengusaha bertanya, "Apakah besok pagi aku sudah pulih? Pastilah banyak yang berdoa buat aku, jumlah karyawan yang aku punya lebih dari 2000 orang, jadi kalau hanya mencari 50 orang yang berdoa pasti bukan persoalan yang sulit."

Dengan lembut si Malaikat berkata, "aku sudah berkeliling mencari suara hati yang berdoa buatmu tapi sampai saat ini baru 3 orang yang berdoa buatmu, sementara waktumu tinggal 60 menit lagi, rasanya mustahil kalau dalam waktu dekat ini ada 50 orang yang berdoa buat kesembuhanmu."

Tanpa menunggu reaksi dari si pengusaha, si Malaikat menunjukkan layar besar berupa TV siapa 3 orang yang berdoa buat kesembuhannya. Di layar itu terlihat wajah duka dari sang istri, di sebelahnya ada 2 orang anak kecil, putra-putrinya yang berdoa dengan khusuk dan tampak ada tetesan air mata di pipi mereka.

Kata Malaikat, "Aku akan memberitahukanmu, kenapa Tuhan rindu memberikanmu kesempatan kedua - itu karena doa istrimu yang tidak putus-putus berharap akan kesembuhanmu."

Kembali terlihat di mana si istri sedang berdoa jam 2:00 subuh, "Tuhan, aku tahu kalau selama hidupnya suamiku bukanlah suami atau ayah yang baik! Aku tahu dia sudah mengkhianati pernikahan kami, aku tahu dia tidak jujur dalam bisnisnya, dan kalaupun dia memberikan sumbangan, itu hanya untuk popularitas saja untuk menutupi perbuatannya yang tidak benar di hadapanMu. Tapi Tuhan, tolong pandang anak-anak yang telah Engkau titipkan pada kami, mereka masih membutuhkan seorang ayah dan hamba tidak mampu membesarkan mereka seorang diri."
Dan setelah itu istrinya berhenti berkata-kata tapi air matanya semakin deras mengalir di pipinya yang kelihatan tirus karena kurang istirahat.

Melihat peristiwa itu, tanpa terasa, air mata mengalir di pipi pengusaha ini . . . timbul penyesalan bahwa selama ini dia bukanlah suami yang baik dan ayah yang menjadi contoh bagi anak-anaknya, dan malam ini dia baru menyadari betapa besar cinta istri dan anak-anak padanya.

Waktu terus bergulir, waktu yang dia miliki hanya 10 menit lagi, melihat waktu yang makin sempit semakin menangislah si pengusaha ini, penyesalan yang luar biasa tapi waktunya sudah terlambat! Tidak mungkin dalam waktu 10 menit ada yang berdoa 47 orang!

Dengan setengah bergumam dia bertanya, "Apakah di antara karyawanku, kerabatku, teman bisnisku, teman organisasiku tidak ada yang berdoa buatku?"

Jawab si Malaikat, "Ada beberapa yang berdoa buatmu tapi mereka tidak tulus, bahkan ada yang mensyukuri penyakit yang kau derita saat ini, itu semua karena selama ini kamu arogan, egois dan bukanlah atasan yang baik, bahkan kau tega memecat karyawan yang tidak bersalah."

Si pengusaha tertunduk lemah, dan pasrah kalau malam ini adalah malam yang terakhir buat dia, tapi dia minta waktu sesaat untuk melihat anak dan si istri yang setia menjaganya sepanjang malam.

Air matanya tambah deras, ketika melihat anaknya yang sulung tertidur di kursi rumah sakit dan si istri yang kelihatan lelah juga tertidur di kursi sambil memangku si bungsu.

Ketika waktu menunjukkan pukul 24:00, tiba-tiba si Malaikat berkata, "Tuhan melihat air matamu dan penyesalanmu!! Kau tidak jadi meninggal, karena ada 47 orang yang berdoa buatmu tepat jam 24:00."

Dengan terheran-heran dan tidak percaya,si pengusaha bertanya siapakah yang 47 orang itu. Sambil tersenyum si Malaikat menunjukkan suatu tempat yang pernah dia kunjungi bulan lalu.

"Bukankah itu Panti Asuhan?" kata si pengusaha pelan.

"Benar anakku, kau pernah memberi bantuan bagi mereka beberapa bulan yang lalu, walau aku tahu tujuanmu saat itu hanya untuk mencari popularitas saja dan untuk menarik perhatian pemerintah dan investor luar negeri."

"Tadi pagi, salah seorang anak panti asuhan tersebut membaca di koran kalau seorang pengusaha terkena stroke dan sudah 7 hari di ICU, setelah melihat gambar di koran dan yakin kalau pria yang sedang koma adalah kamu, pria yang pernah menolong mereka dan akhirnya anak-anak panti asuhan sepakat berdoa buat kesembuhanmu."

***

Sahabatku, cerita ini hanyalah sebuah gambaran agar kita lebih instropeksi diri. Saya membayangkan ketika diri saya mati nanti, apakah orang disekeliling saya akan kehilangan, atau sebaliknya mereka mengabaikan atas kematian saya, atau yang paling parah apakah mereka bersyukur malah?

Ah.. mumpung kita masih diberi umur, lakukanlah yang terbaik untuk orang2 disekitar kita, kaena sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia yang lainnya.

Dan satu lagi, janganlah Kita meremehkan sedekah, sesuai cerita diatas, justru sedekahnya yang menyelamatkan pengusaha tersebut...

... Semoga tulisan ini dapat membuka pintu hati kita yang telah lama terkunci ...

Selasa, 27 November 2012

Kisah Wortel, Telur, dan Kopi



Seorang anak mengeluh pada ayahnya mengenai kehidupannya dan menanyakan mengapa hidup ini terasa begitu berat baginya. Ia tidak tahu bagaimana menghadapinya dan hampir menyerah. Ia sudah lelah untuk berjuang. Sepertinya setiap kali satu masalah selesai, timbul masalah baru.

Ayahnya, seorang koki, membawanya ke dapur. Ia mengisi 3 panci dengan air dan menaruhnya di atas api.

Setelah air di panci-panci tersebut mendidih. Ia menaruh wortel di dalam panci pertama, telur di panci kedua dan ia menaruh kopi bubuk di panci terakhir. Ia membiarkannya mendidih tanpa berkata-kata. Si anak membungkam dan menunggu dengan tidak sabar, memikirkan apa yang sedang dikerjakan sang ayah. Setelah 20 menit, sang ayah mematikan api.

Ia menyisihkan wortel dan menaruhnya di mangkuk, mengangkat telur dan meletakkannya di mangkuk yang lain, dan menuangkan kopi di mangkuk lainnya.

Lalu ia bertanya kepada anaknya, “Apa yang kau lihat, nak?”"Wortel, telur, dan kopi” jawab si anak. Ayahnya mengajaknya mendekat dan memintanya merasakan wortel itu. Ia melakukannya dan merasakan bahwa wortel itu terasa lunak. Ayahnya lalu memintanya mengambil telur dan memecahkannya. Setelah membuang kulitnya, ia mendapati sebuah telur rebus yang mengeras.

Terakhir, ayahnya memintanya untuk mencicipi kopi. Ia tersenyum ketika mencicipi kopi dengan aromanya yang khas. Setelah itu, si anak bertanya, “Apa arti semua ini, Ayah?”

Ayahnya menerangkan bahwa ketiganya telah menghadapi ‘kesulitan’ yang sama, melalui proses perebusan, tetapi masing-masing menunjukkan reaksi yang berbeda.

Wortel sebelum direbus kuat, keras dan sukar dipatahkan. Tetapi setelah direbus, wortel menjadi lembut dan lunak. Telur sebelumnya mudah pecah. Cangkang tipisnya melindungi isinya yang berupa cairan. Tetapi setelah direbus, isinya menjadi keras. Bubuk kopi mengalami perubahan yang unik. Setelah berada di dalam rebusan air, bubuk kopi merubah air tersebut.
 
“Kamu termasuk yang mana?,” tanya ayahnya. “Ketika kesulitan mendatangimu, bagaimana kau menghadapinya? Apakah kamu wortel, telur atau kopi?” Bagaimana dengan kamu? Apakah kamu adalah wortel yang kelihatannya keras, tapi dengan adanya penderitaan dan kesulitan, kamu menyerah, menjadi lunak dan kehilangan kekuatanmu.”

“Apakah kamu adalah telur, yang awalnya memiliki hati lembut? Dengan jiwa yang dinamis, namun setelah adanya kematian, patah hati, perceraian atau pemecatan maka hatimu menjadi keras dan kaku. Dari luar kelihatan sama, tetapi apakah kamu menjadi pahit dan keras dengan jiwa dan hati yang kaku?.”

“Ataukah kamu adalah bubuk kopi? Bubuk kopi merubah air panas, sesuatu yang menimbulkan kesakitan, untuk mencapai rasanya yang maksimal pada suhu 100 derajat Celcius. Ketika air mencapai suhu terpanas, kopi terasa semakin nikmat.”

“Jika kamu seperti bubuk kopi, ketika keadaan menjadi semakin buruk, kamu akan menjadi semakin baik dan membuat keadaan di sekitarmu juga membaik.”

“Ada raksasa dalam setiap orang dan tidak ada sesuatupun yang mampu menahan raksasa itu kecuali raksasa itu menahan dirinya sendiri”

Jumat, 23 November 2012

KISAH TUKANG KAYU

Seorang tukang bangunan yang sudah  tua berniat untuk pensiun dari profesi yang sudah ia geluti selama puluhan tahun.
Ia ingin menikmati masa tua bersama istri dan anak cucunya. Ia tahu ia akan kehilangan penghasilan rutinnya namun bagaimanapun tubuh tuanya butuh istirahat. Ia pun menyampaikan rencana tersebut kepada mandornya.
Sang Mandor merasa sedih, sebab ia akan kehilangan salah satu tukang kayu terbaiknya, ahli bangunan yang handal yang ia miliki dalam timnya. Namun ia juga tidak bisa memaksa. Sebagai permintaan terakhir sebelum tukang kayu tua ini berhenti, sang mandor memintanya untuk sekali lagi membangun sebuah rumah untuk terakhir kalinya.
Dengan berat hati si tukang kayu menyanggupi namun ia berkata karena ia sudah berniat untuk pensiun maka ia akan mengerjakannya tidak dengan segenap hati.
Sang mandor hanya tersenyum dan berkata, "Kerjakanlah dengan yang terbaik yang kamu bisa. Kamu bebas membangun dengan semua bahan terbaik yang ada."
Tukang kayu lalu memulai pekerjaan terakhirnya. Ia begitu malas-malasan. Ia asal-asalan membuat rangka bangunan, ia malas mencari, maka ia gunakan bahan-bahan berkualitas rendah. Sayang sekali, ia memilih cara yang buruk untuk mengakhiri karirnya.
Saat rumah itu selesai. Sang mandor datang untuk memeriksa. Saat sang mandor memegang daun pintu depan, ia berbalik dan berkata, "Ini adalah rumahmu, hadiah dariku untukmu!"
Betapa terkejutnya si tukang kayu. Ia sangat menyesal. Kalau saja sejak awal ia tahu bahwa ia sedang membangun rumahnya, ia akan mengerjakannya dengan sungguh-sungguh. Sekarang akibatnya, ia harus tinggal di rumah yang ia bangun dengan asal-asalan.
Inilah refleksi hidup kita!
Pikirkanlah kisah si tukang kayu ini. Anggaplah rumah itu sama dengan kehidupan Anda. Setiap kali Anda memalu paku, memasang rangka, memasang keramik, lakukanlah dengan segenap hati dan bijaksana.
Sebab kehidupanmu saat ini adalah akibat dari pilihanmu di masa lalu. Masa depanmu adalalah hasil dari keputusanmu saat ini.

Elang Dan Kalkun

Konon di satu saat yang telah lama berlalu, Elang dan Kalkun adalah burung yang menjadi teman yang baik. Dimanapun mereka berada, kedua teman selalu pergi bersama-sama. Tidak aneh bagi manusia untuk melihat Elang dan Kalkun terbang bersebelahan melintasi udara bebas.
Satu hari ketika mereka terbang, Kalkun berbicara pada Elang, “Mari kita turun dan mendapatkan sesuatu untuk dimakan. Perut saya sudah keroncongan nih!”. Elang membalas, “Kedengarannya ide yang bagus”.

Jadi kedua burung melayang turun ke bumi, melihat beberapa binatang lain sedang makan dan memutuskan bergabung dengan mereka. Mereka mendarat dekat dengan seekor Sapi. Sapi ini tengah sibuk makan jagung,namun sewaktu memperhatikan bahwa ada Elang dan Kalkun sedang berdiri dekat dengannya, Sapi berkata, “Selamat datang, silakan cicipi jagung manis ini”.

Ajakan ini membuat kedua burung ini terkejut. Mereka tidak biasa jika ada binatang lain berbagi soal makanan mereka dengan mudahnya. Elang bertanya, “Mengapa kamu bersedia membagikan jagung milikmu bagi kami?”. Sapi menjawab, “Oh, kami punya banyak makanan disini. Tuan Petani memberikan bagi kami apapun yang kami inginkan”. Dengan undangan itu, Elang dan Kalkun menjadi terkejut dan menelan ludah. Sebelum selesai, Kalkun menanyakan lebih jauh tentang Tuan Petani.

Sapi menjawab, “Yah, dia menumbuhkan sendiri semua makanan kami. Kami sama sekali tidak perlu bekerja untuk makanan”. Kalkun tambah bingung, “Maksud kamu, Tuan Petani itu memberikan padamu semua yang ingin kamu makan?”. Sapi menjawab, “Tepat sekali!. Tidak hanya itu, dia juga memberikan pada kami tempat untuk tinggal.” Elang dan Kalkun menjadi syok berat!. Mereka belum pernah mendengar hal seperti ini. Mereka selalu harus mencari makanan dan bekerja untuk mencari naungan.

Ketika datang waktunya untuk meninggalkan tempat itu, Kalkun dan Elang mulai berdiskusi lagi tentang situasi ini. Kalkun berkata pada Elang, “Mungkin kita harus tinggal di sini. Kita bisa mendapatkan semua makanan yang kita inginkan tanpa perlu bekerja. Dan gudang yang disana cocok dijadikan sarang seperti yang telah pernah bangun. Disamping itu saya telah lelah bila harus selalu bekerja untuk dapat hidup.”

Elang juga goyah dengan pengalaman ini, “Saya tidak tahu tentang semua ini. Kedengarannya terlalu baik untuk diterima. Saya menemukan semua ini sulit untuk dipercaya bahwa ada pihak yang mendapat sesuatu tanpa mbalan. Disamping itu saya lebih suka terbang tinggi dan bebas mengarungi langit luas. Dan bekerja untuk menyediakan makanan dan tempat bernaung tidaklah terlalu buruk. Pada kenyataannya, saya menemukan hal itu sebagai tantangan menarik”.

Akhirnya, Kalkun memikirkan semuanya dan memutuskan untuk menetap dimana ada makanan gratis dan juga naungan. Namun Elang memutuskan bahwa ia amat mencintai kemerdekaannya dibanding menyerahkannya begitu saja. Ia menikmati tantangan rutin yang membuatnya hidup. Jadi setelah mengucapkan selamat berpisah untuk teman lamanya Si Kalkun, Elang menetapkan penerbangan untuk petualangan baru yang ia tidak ketahui bagaimana ke depannya.

Semuanya berjalan baik bagi Si Kalkun. Dia makan semua yang ia inginkan. Dia tidak pernah bekerja. Dia bertumbuh menjadi burung gemuk dan malas. Namun suatu hari dia mendengar istri Tuan Petani menyebutkan bahwa Hari raya Thanks giving akan datang beberapa hari lagi dan alangkah indahnya jika ada hidangan Kalkun panggang untuk makan malam. Mendengar hal itu, Si Kalkun memutuskan sudah waktunya untuk pergi dari pertanian itu dan bergabung kembali dengan teman baiknya, si Elang.
Namun ketika dia berusaha untuk terbang, dia menemukan bahwa ia telah tumbuh terlalu gemuk dan malas. Bukannya dapat terbang, dia justru hanya bisa mengepak-ngepakkan sayapnya. Akhirnya di Hari Thanks giving keluarga Tuan Petani duduk bersama menghadapi panggang daging Kalkun besar yang sedap.

Ketika anda menyerah pada tantangan hidup dalam pencarian keamanan, anda mungkin sedang menyerahkan kemerdekaan anda…Dan Anda akan menyesalinya setelah segalanya berlalu dan tidak ada KESEMPATAN lagi…

  Seperti pepatah kuno “selalu ada keju gratis dalam perangkap tikus”

Kamis, 22 November 2012

Kisah Sebuah Pensil

Seorang anak
bertanya kepada
neneknya yang
sedang menulis
sebuah surat.

"Nenek lagi menulis tentang pengalaman
kita ya? atau tentang aku?"
Mendengar pertanyaan si cucu, sang nenek
berhenti menulis dan berkata kepada
cucunya,
"Sebenarnya nenek sedang menulis tentang
kamu, tapi ada yang lebih penting dari isi
tulisan ini yaitu pensil yang nenek pakai".

"Nenek harap kamu bakal seperti pensil ini
ketika kamu besar nanti" ujar si nenek lagi.

Mendengar jawab ini, si cucu kemudian
melihat pensilnya dan bertanya kembali
kepada si nenek ketika dia melihat tidak ada
yang istimewa dari pensil yang nenek pakai.

"Tapi nek sepertinya pensil itu sama saja
dengan pensil yang lainnya." Ujar si cucu
Si nenek kemudian menjawab, "Itu semua
tergantung bagaimana kamu melihat pensil
ini."

"Pensil ini mempunyai 5 kualitas yang bisa
membuatmu selalu tenang dalam menjalani
hidup, kalau kamu selalu memegang prinsip-
prinsip itu di dalam hidup ini."

Si nenek kemudian menjelaskan 5 kualitas
dari sebuah pensil.

"Kualitas pertama, pensil mengingatkan
kamu kalo kamu bisa berbuat hal yang hebat
dalam hidup ini. Layaknya sebuah pensil
ketika menulis, kamu jangan pernah lupa
kalau ada tangan yang selalu membimbing
langkah kamu dalam hidup ini. Kita
menyebutnya tangan Tuhan, Dia akan selalu
membimbing kita menurut kehendakNya" .

"Kualitas kedua, dalam proses menulis,
nenek kadang beberapa kali harus berhenti
dan menggunakan rautan untuk menajamkan
kembali pensil nenek. Rautan ini pasti akan
membuat si pensil menderita. Tapi setelah
proses meraut selesai, si pensil akan
mendapatkan ketajamannya kembali. Begitu
juga dengan kamu, dalam hidup ini kamu
harus berani menerima penderitaan dan
kesusahan, karena merekalah yang akan
membuatmu menjadi orang yang lebih baik".

"Kualitas ketiga, pensil selalu memberikan
kita kesempatan untuk mempergunakan
penghapus, untuk memperbaiki kata-kata
yang salah. Oleh karena itu memperbaiki
kesalahan kita dalam hidup ini, bukanlah hal
yang jelek. Itu bisa membantu kita untuk
tetap berada pada jalan yang benar".

"Kualitas keempat, bagian yang paling
penting dari sebuah pensil bukanlah bagian
luarnya, melainkan arang yang ada di dalam
sebuah pensil. Oleh sebab itu, selalulah hati-
hati dan menyadari hal-hal di dalam dirimu".

"Kualitas kelima, adalah sebuah pensil selalu
meninggalkan tanda/goresan. Seperti juga
kamu, kamu harus sadar kalau apapun yang
kamu perbuat dalam hidup ini akan
meninggalkan kesan. Oleh karena itu
selalulah hati-hati dan sadar terhadap
semua tindakan".

Rabu, 24 Oktober 2012

Bidadari Tercantik di Surga

Ketika pagi hari di bulan Ramadhan, Nabi sedang memberikan targhib (semangat untuk berjihad) kepada pasukan Islam. Nabi pun bersabda, “Sesungguhnya orang yang mati syahid karena berjihad di jalan Alloh, maka Alloh akan menganugerahkannya Ainul Mardhiah, bidadari paling cantik di surga”. Salah satu sahabat yang masih muda yang mendengar cerita itu menjadi penasaran. Namun, karena malu kepada Nabi dan sahabat-sahabat lain, sahabat ini tidak jadi mencari tahu lebih dalam mengenai Ainul Mardhiah. Waktu Zuhur sebentar lagi, sesuai sunah Rasul, para sahabat dipersilakan untuk tidur sejenak sebelum pergi berperang. Bersama kafilah perangnya pun sahabat yang satu ini tidur terlelap dan sampai bermimpi. Di dalam mimpinya dia berada di tempat yang sangat indah yang belum pernah ia kunjungi sebelumnya. Dia pun bertemu dengan seorang wanita yang sangat cantik yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Ia pun bertanya kepada wanita tersebut, “Di manakah ini?”. “Inilah surga.”, jawab wanita itu. Kemudian sahabat ini bertanya lagi, “Apakah Anda Ainul Mardhiah?”. “Bukan, saya bukan Ainul Mardhiah. Kalau Anda ingin bertemu dengan Ainul Mardhiah, dia sedang berada di bawah pohon yang rindang itu.” Didapatinya oleh sahabat itu seorang wanita yang kecantikannya berkali-kali lipat dari wanita pertama yang ia lihat. “Apakah Anda Ainul Mardhiah?” “Bukan saya ini penjaganya. Kalau Anda ingin bertemunya di sanalah singgasananya.” Lalu sahabat ini pun pergi ke singgasana tersebut dan sampailah ke suatu mahligai. Didapatinya seorang wanita yang kecantikannya berlipat-lipat dari wanita sebelumnya yang sedang mengelap-ngelap perhiasan. Sahabat ini pun memberanikan diri untuk bertanya. “Apakah Anda Ainul Mardhiah?” “Bukan, saya bukan Ainul Mardhiah. Saya penjaganya di mahligai ini. Jika Anda ingin menemuinya, temuilah ia di mahligai itu.” Pemuda itu pun beranjak dan sampailah ke mahligai yang ditunjukkan. Didapatinya seorang wanita yang kecantikannya berlipat-lipat dari wanita sebelumnya dan sangat pemalu. Pemuda itu pun bertanya. “Apakah Anda Ainul Mardhiah?” “Ya, benar saya Ainul Mardhiah” Pemuda itu pun mendekat, tetapi Ainul Mardhiah menghindar dan berkata, “Anda bukan seorang yang mati syahid.” Seketika itu juga pemuda itu terbangun dari mimpinya. Dia pun menceritakan ceritanya ini kepada seorang sahabat kepercayaannya yang dimohonkan untuk merahasiakannya sampai ia mati syahid. Komando jihad pun menggelora. Sahabat ini pun dengan semangatnya berjihad untuk dapat bertemu dengan Ainul Mardhiah. Ia pun akhirnya mati syahid. Di petang hari ketika buka puasa, sahabat kepercayaan ini menceritakan mimpi sahabat yang mati syahid ini kepada Nabi. Nabi pun membenarkan mimpi sahabat muda ini dan Nabi bersabda, “Sekarang ia bahagia bersama Ainul Mardhiah”. … سُبْحَانَ اللّهُ وَاَلْحَمْدُلِلّهِ وَلاَ اِلَهَ اِلاَّ اللّهُ. اَللّهُ اَكْبَرُ …

Wanita Pertama yang Masuk Surga

Adalah seorang wanita yang bernama Muti’ah. Wanita yang diperkenankan masuk surga pertama kali..!! Kaget? Sama seperti Fatimah ketika itu, yang mengira dirinyalah yang pertama kali masuk surga.

Siapakah Muti’ah?
Karena rasa penasaran yang tinggi, Fatimah pun mencari seorang wanita yang bernama Muti’ah ketika itu. Beliau juga ingin tahu, amal apakah yang bisa membuat wanita itu bisa masuk surga pertama kali?

Setelah bertanya-tanya, akhirnya Fatimah mengetahui rumah seorang wanita yang bernama Muti’ah. Kali ini ia ingin bersilaturahmi ke rumah wanita tersebut, ingin melihat lebih dekat kehidupannya. Waktu itu, Fatimah berkunjung bersama si kecil, Hasan. Setelah mengetuk pintu, terjadilah dialog.

“Di luar, siapa?” kata Muti’ah tidak membukakan pintu.
“Saya Fatimah, putri Rasulullah”

“Oh, iya. Ada keperluan apa?”
“Saya hanya berkunjung saja”

“Anda seorang diri atau bersama dengan lainnya?”
“Saya bersama dengan anak saya, Hasan?”

“Maaf, Fatimah. Saya belum mendapatkan izin dari suami saya untuk menerima tamu laki-laki”

“Tetapi Hasan masih anak-anak”
“Walaupun anak-anak, dia lelaki juga kan? Maaf ya. Kembalilah besok, saya akan meminta izin dulu kepada suami saya”
“Baiklah” kata Fatimah dengan nada kecewa. Setelah mengucapkan salam, ia pun pergi.

***


Keesokan harinya, Fatimah kembali berkunjung ke rumah Muti’ah. Selain mengajak Hasan, ternyata Husein (saudara kembar Hasan) merengek meminta ikut juga. Akhirnya mereka bertiga pun berkunjung juga ke rumah Muti’ah. Terjadilah dialog seperti hari kemarin.

“Suami saya sudah memberi izin bagi Hasan”
“Tetapi maaf, Muti’ah. Husein ternyata merengek meminta ikut. Jadi saya ajak juga!”

“Dia perempuan?”
“Bukan, dia lelaki”
“Wah, saya belum memintakan izin bagi Husein.”

“Tetapi dia juga masih anak-anak”
“Walaupun anak-anak, dia juga lelaki. Maaf ya. Kembalilah esok!”
“Baiklah” Kembali Fatimah kecewa.

***

Namun rasa penasarannya demikian besar untuk mengetahui, rahasia apakah yang menyebabkan wanita yang akan dikunjunginya tersebut diperkanankan masuk surga pertama kali.

Akhirnya hari esok pun tiba. Fatimah dan kedua putranya kembali mengunjungi kediaman Mutiah. Karena semuanya telah diberi izin oleh suaminya, akhirnya mereka pun diperkenankan berkunjung ke rumahnya.

Betapa senangnya Fatimah karena inilah kesempatan bagi dirinya untuk menguak misteri wanita tersebut. Menurut Fatimah, wanita yang bernama Muti’ah sama juga seperti dirinya dan umumnya wanita.

Ia melakukan shalat dan lainnya. Hampir tidak ada yang istimewa. Namun, Fatimah masih penasaran juga. Hingga akhirnya ketika telah lama waktu berbincang, “rahasia” wanita itu tidak terkuak juga. Akhirnya, Muti’ah pun memberanikan diri untuk memohon izin karena ada keperluan yang harus dilakukannya.

“Maaf Fatimah, saya harus ke ladang!”
“Ada keperluan apa?”

“Saya harus mengantarkan makanan ini kepada suami saya”
“Oh, begitu”

Tidak ada yang salah dengan makanan yang dibawa Muti’ah yang disebut-sebut sebagai makanan untuk suaminya. Namun yang tidak habis pikir, ternyata Muti’ah juga membawa sebuah cambuk.

“Untuk apa cambuk ini, Muti’ah?” kata Fatimah penasaran.
“Oh, ini. Ini adalah kebiasaanku semenjak dulu”
Fatimah benar-benar penasaran. “Ceritakanlah padaku!”

“Begini, setiap hari suamiku pergi ke ladang untuk bercocok tanam. Setiap hari pula aku mengantarkan makanan untuknya. Namun disertai sebuah cambuk. Aku menanyakan apakah makanan yang aku buat ini enak atau tidak, apakah suaminya seneng atau tidak. Jika ada yang tidak enak, maka aku ikhlaskan diriku agar suamiku mengambil cambuk tersebut kemudian mencambukku. Ini aku lakukan agar suamiku ridlo dengan diriku. Dan tentu saja melihat tingkah lakuku ini, suamiku begitu tersentuh hatinya. Ia pun ridlo atas diriku. Dan aku pun ridlo atas dirinya”

“Masya Allah, hanya demi menyenangkan suami, engkau rela melakukan hal ini, Muti’ah?”
“Saya HANYA MEMERLUKAN KERIDHOANNYA. Karena istri yang baik adalah istri yang patuh pada SUAMI-YANG-BAIK dan sang suami ridlo kepada istrinya”

“Ya… ternyata inilah rahasia itu”
“Rahasia apa ya Fatimah?” Mutiah juga penasaran.
“Rasulullah mengatakan bahwa dirimu adalah wanita yang diperkenankan masuk surga pertama kali. Ternyata semua gara-gara baktimu yang tinggi kepada seorang suami yang sholeh.”

***

Subhanallah,
intinya :
Seorang anak berusaha mencari keridhoaan ORTU-nya...
Dan jika anda seorang istri carilah bagaimana mendapatkan keridho'an suami.!!

Seorang Pemuda dan Bidadari Bermata Jeli

Abdul Wahid bin Zaid berkata, “Ketika kami sedang duduk-duduk di majelis kami, aku pun sudah siap dengan pakaian perangku, karena ada komando untuk bersiap-siap sejak Senin pagi. Kemudian saja ada seorang laki-laki membaca ayat, (artinya) ‘Sesungguhnya Allah membeli dari orang-orang mukmin jiwa dan harta mereka dengan memberi Surga.’ (At-Taubah: 111). Aku menyambut, “Ya, kekasihku.”

Laki-laki itu berkata, “Aku bersaksi kepadamu wahai Abdul Wahid, sesungguhnya aku telah menjual jiwa dan hartaku dengan harapan aku memperoleh Surga.”

Aku menjawab, “Sesungguhnya ketajaman pedang itu melebihi segala-galanya. Dan engkau sajalah orang yang aku sukai, aku khawatir manakala engkau tidak mampu bersabar dan tidak mendapatkan keuntungan dari perdagangan ini.”

Laki-laki itu berkata, “Wahai Abdul Wahid, aku telah berjual beli kepada Allah dengan harapan mendapat Surga, mana mungkin jual beli yang aku persaksikan kepadamu itu akan melemah.” Dia berkata, “Nampaknya aku memprihatinkan kemampuan kami semua, …kalau orang kesayanganku saja mampu berbuat, apakah kami tidak?” Kemudian lelaki itu menginfakkan seluruh hartanya di jalan Allah kecuali seekor kuda, senjata dan sekedar bekal untuk perang. Ketika kami telah berada di medan perang dialah laki-laki pertama kali yang tiba di tempat tersebut. Dia berkata, “Assalamu ’alaika wahai Abdul Wahid,” Aku menjawab, “Wa’alaikumussalam warahmatullah wa barakatuh, alangkah beruntungnya perniagaan ini.”

Kemudian kami berangkat menuju medan perang, lelaki tersebut senantiasa berpuasa di siang hari dan qiyamullail pada malam harinya melayani kami dan menggembalakan hewan ternak kami serta menjaga kami ketika kami tidur, sampai kami tiba di wilayah Romawi.

Ketika kami sedang duduk-duduk pada suatu hari, tiba-tiba dia datang sambil berkata, “Betapa rindunya aku kepada bidadari bermata jeli.” Kawan-kawanku berkata, “Sepertinya laki-laki itu sudah mulai linglung.” Dia mendekati kami lalu berkata, “Wahai Abdul Wahid, aku sudah tidak sabar lagi, aku sangat rindu pada bidadari bermata jeli.” Aku bertanya, “Wahai saudaraku, siapa yang kamu maksud dengan bidadari bermata jeli itu.” Laki-laki itu menjawab, “Ketika itu aku sedang tidur, tiba-tiba aku bermimpi ada seseorang datang menemuiku, dia berkata, ‘Pergilah kamu menemui bidadari bermata jeli.’ Seseorang dalam mimpiku itu mendorongku untuk menuju sebuah taman di pinggir sebuah sungai yang berair jernih. Di taman itu ada beberapa pelayan cantik memakai perhiasan sangat indah sampai-sampai aku tidak mampu mengungkapkan keindahannya.

Ketika para pelayan cantik itu melihatku, mereka memberi kabar gembira sambil berkata, ‘Demi Allah, suami bidadari ber-mata jeli itu telah tiba.’ Kemudian aku berkata, ‘Assalamu ‘alaikunna, apakah di antara kalian ada bidadari bermata jeli?’ Pelayan cantik itu menjawab, ‘Tidak, kami sekedar pelayan dan pembantu bidadari bermata jeli. Silahkan terus!’

Aku pun meneruskan maju mengikuti perintahnya, aku tiba di sebuah sungai yang mengalir air susu, tidak berubah warna dan rasanya, berada di sebuah taman dengan berbagai perhiasan. Di dalamnya juga terdapat pelayan bidadari cantik dengan mengenakan berbagai perhiasan. Begitu aku melihat mereka aku terpesona. Ketika mereka melihatku mereka memberi kabar gembira dan berkata kepadaku, ‘Demi Allah telah datang suami bidadari bermata jeli.’ Aku bertanya, ‘Assalamualaikunna, apakah di antara kalian ada bidadari bermata jeli?’ Mereka menjawab, Waalaikassalam wahai waliyullah, kami ini sekedar budak dan pelayan bidadari bermata jeli, silahkan terus.’

Aku pun meneruskan maju, ternyata aku berada di sebuah sungai khamr berada di pinggir lembah, di sana terdapat bidadari-bidadari sangat cantik yang membuat aku lupa dengan kecantikan bidadari-bidadari yang telah aku lewati sebelumnya. Aku berkata, ‘Assalamu alaikunna, apakah di antara kalian ada bidadari bermata jeli?’ Mereka menjawab, ‘Tidak, kami sekedar pembantu dan pelayan bidadari bermata jeli, silahkan maju ke depan.’

Aku berjalan maju, aku tiba di sebuah sungai yang mengalirkan madu asli di sebuah taman dengan bidadari-bidadari sangat cantik berkilauan wajahnya dan sangat jelita, membuat aku lupa dengan kecantikan para bidadari sebelumnya. Aku bertanya, ‘Assalamu alaikunna, apakah di antara kalian ada bidadari bermata jeli?’ Mereka menjawab, ‘Wahai waliyurrahman, kami ini pembantu dan pelayan bidadari jelita, silahkan maju lagi.’

Aku berjalan maju mengikuti perintahnya, aku tiba di se-buah tenda terbuat dari mutiara yang dilubangi, di depan tenda terdapat seorang bidadari cantik dengan memakai pakaian dan perhiasan yang aku sendiri tidak mampu mengungkapka keindahannya. Begitu bidadari itu melihatku dia memberi kabar gembira kepadaku dan memanggil dari arah tenda, ‘Wahai bidadari bermata jeli, suamimu datang!’

Kemudian aku mendekati kemah tersebut lalu masuk. Aku mendapati bidadari itu duduk di atas ranjang yang terbuat dari emas, bertahta intan dan berlian. Begitu aku melihatnya aku terpesona sementara itu dia menyambutku dengan berkata, ‘Selamat datang waliyurrahman, telah hampir tiba waktu kita bertemu.’ Aku pun maju untuk memeluknya, tiba-tiba ia berkata, ‘Sebentar, belum saatnya engkau memelukku karena dalam tubuhmu masih ada ruh kehidupan. Tenanglah, engkau akan berbuka puasa bersamaku di kediamanku, insya Allah. ‘

Seketika itu aku bangun dari tidurku wahai Abdul Wahid. Kini aku sudah tidak bersabar lagi, ingin bertemu dengan bida-dari bermata jeli itu.”

Abdul Wahid menuturkan, “Belum lagi pembicaraan kami (cerita tentang mimpi) selesai, kami mendengar pasukan musuh telah mulai menyerang kami, maka kami pun bergegas meng-angkat senjata begitu juga lelaki itu.

Setelah peperangan berakhir, kami menghitung jumlah para korban, kami menemukan 9 orang musuh tewas dibunuh oleh lelaki itu, dan ia adalah orang ke sepuluh yang terbunuh. Ketika aku melintas di dekat jenazahnya aku lihat, tubuhnya berlu-muran darah sementara bibirnya tersenyum yang mengantarkan pada akhir hidupnya.”

Selasa, 23 Oktober 2012

Pelajaran Dari Penambang


Ada beberapa penggali tambang. Setiap hari mereka bekerja dalam tambang. Karena tambang itu kaya mineral alam, maka sudah beberapa tahun mereka tak pernah pindah tempat kerja. Jadi bisa dibayangkan bahwa semakin digali tambang tersebut semakin dalam. Hari itu mereka berada di dasar terdalam dari tambang itu.
Secara tiba-tiba semua saluran arus listrik dalam tambang itu putus. Lampu-lampu semuanya padam. Gelap gulita meliputi dasar tambang itu, dan dalam sekejap terjadilah hirup pikuk di sana. Setiap orang berusaha menyelamatkan diri sendiri. Namun mereka sungguh kehilangan arah. Setiap gerakan mereka pasti berakhir dengan benturan dan tabrakan, entah menabrak sesama pekerja atau menabrak dinding tambang. Situasi bertambah buruk disebabkan oleh udara yang semakin panas karena ketiadaan AC.
Setelah capek bergulat dengan kegelapan, mereka semua duduk lesu tanpa harapan. Satu dari para pekerja itu angkat bicara: ‘Sebaiknya kita duduk tenang dari pada secara hiruk-pikik mencari jalan ke luar. Duduklah secara tenang dan berusahalah untuk merasakan hembusan angin. Karena angin hanya bisa berhembus masuk melalui pintu tambang ini.’
Mereka lalu duduk dalam hening. Saat pertama mereka tak dapat merasakan hembusan angin. Namun perlahan-lahan mereka menjadi semakin peka akan hembusan angin sepoi yang masuk melalui pintu tambang. Dengan mengikuti arah datangnya angin itu, mereka akhirnya dengan selamat keluar dari dasar tambang yang dicekam gelap gulita itu.
Bila bathin anda sedang gundah dan kacau, anda tak akan pernah melihat jalan keluar yang tepat. Anda butuh untuk pertama-tama menenangkan diri. Hanya dalam keheningan anda bisa melihat pokok masyalah secara tepat, serta secara tepat pula membuat keputusan.

Menepati Janji


Seekor induk rusa ketika kedua anaknya sudah mulai belajar berjalan, pada pagi buta ketika kedua anaknya masih tidur, induk rusa keluar pergi mencari makanan, dia bermaksud setelah pulang dari mencari makanan akan mengajar anak-anaknya mencari makan serta menjaga diri menghindari dari bahaya.
Setelah mendapat makanan rumput hijau yang segar, saat perjalanan pulang dia terjebak dalam perangkap yang dibuat oleh pemburu. Induk rusa itu sambil menangis memikirkan kedua anaknya.
Pemburu akhirnya tiba, induk rusa berlutut memohon kepada pemburu membiarkannya pulang ke rumah memberi makan serta mengajari anaknya mencari makan, dia berjanji keesokkan harinya akan kembali  ke sini menyerahkan diri.
Pemburu melihat rusa ini dapat berbicara, di dalam hatinya sangat terkejut dan gembira, dia  memutuskan akan mempersembahkan rusa ajaib ini kepada  raja, supaya dia menjadi terkenal dan mendapat hadiah dari raja. Tetapi setelah berpikir sejenak, dia berubah pikiran, melepaskan induk rusa pulang.

Induk rusa bergegas berlari pulang, suasana hatinya sangat sedih memikirkan kedua anaknya, setelah sampai dirumah dia berkata kepada kedua anaknya, “Anak ku, mama akan menceritakan sebuah kebenaran dan ketidakkekalan di dunia ini kepada kalian, jika kalian sudah memahami kebenaran ini, maka kelak jika kalian menghadapi masalah apa pun.”
“Kalian nantinya tidak akan terlalu sedih lagi. Kalian harus ingat hidup ini sangat singkat,  segalanya akan berubah tidak pernah abadi, nilai dari keluarga, kasih sayang semuanya tidak abadi….,” ujar induk rusa itu.
Anak-anaknya sambil menangis bertanya, “Lalu kenapa mama masih harus menepati janji kepada orang jahat tersebut?.” Induk rusa berkata, “Tanpa Iman, dunia akan hancur, tidak ada kejujuran dunia akan runtuh, demi kelangsungan dan harapan dunia, saya rela berkorban, daripada menipu orang lain. Mama rela mati demi integritas, dari pada menipu untuk hidup.”
Setelah selesai berkata sambil menahan tangisannya induk rusa berlari keluar, anak-anak rusa mengejar dengan sekuat tenaga. Pemburu melihat induk rusa memenuhi janjinya datang kembali, menjadi sangat terharu dengan tangan merangkap di depan dada dan berlutut dia berkata kepada induk rusa, “Engkau bukan seekor rusa biasa, engkau pasti jelmaan dari Budha.”
“Welas asihmu membuat orang sangat terharu, kejujuran dan imanmu membuat saya sangat malu. Silahkan engkau kembali, saya tidak akan menyakiti Anda lagi, bahkan mulai saat ini saya tidak akan menyakiti seekor binatang pun,” kata si pemburu itu.
Pelajaran yang bisa kita petik dari cerita diatas adalah: Sifat welas asih dan kejujuran dari induk rusa ini akhirnya membangkitkan niat baik serta membangkitkan watak dasar dan sisi baik dari pemburu tersebut.

Senin, 08 Oktober 2012

11 Wanita Bercerita tentang Suami Mereka

Diriwayatkan oleh Aisyah R.a : Ada 11 orang wanita duduk berkumpul, lalu mereka saling berjanji dan mengucapkan kesepakatan untuk tidak menutup-nutupi sedikitpun informasi tentang suami-suami mereka.
Wanita pertama mengatakan: “Suamiku bagaikan seperti onta yang kurus yang berada diatas puncak gunung yang terjal, yang landai pun didaki dan yang gemuk pun dinaiki.”
Wanita kedua mengatakan: “Suamiku, aku terpaksa tidak dapat menuturkan mengenai keadaannya karena aku khawatir tidak dapat meninggalkannya. Jika aku menyebutkan sama halnya aku mengungkapkan rahasia aibnya.”

Wanita ketiga mengatakan: ”Suamiku berperawakan tinggi sekali. Jika aku berbicara maka aku akan diceraikannya dan jika aku diam aku pun akan dibiarkannya tanpa dicerai dan dikawinkan (muallaqah).”


Wanita keempat mengatakan: ”Suamiku seperti suasana malam di wilayah Tihamah, tidak panas dan tidak juga terlalu dingin, tidak menakutkan dan tidak juga membosankan.”

Wanita kelima mengatakan: ”Suamiku apabila sudah memasuki rumah, maka dia langsung tertidur nyenyak dan apabila keluar rumah dia seperti seekor singa tanpa menanyakan sesuatu apapun yang bukan termasuk urusannya.”

Wanita keenam mengatakan: ”Suamiku apabila makan, maka ia makan banyak sekali dengan bermacam jenis lauk dan jika minum maka semua sisa minuman akan diteguknya. Dan jika tidur dia akan berselimut tanpa mendekati diriku sehingga ia dapat merasakan nikmatnya kebersamaan.”

Wanita ketujuh mengatakan: ”Suamiku adalah orang yang tidak mengetahui kepentingan dirinya atau lemah syahwat serta tergagap-gagap bicaranya, setiap obat yang diminum tidak dapat menyembuhkan. Di samping itu dia juga orang yang mudah melukai dan memukul.”

Wanita kedelapan mengatakan: ”Suamiku beraroma wangi seperti zarnab dan sentuhannya selembut sentuhan seekor kelinci.”

Wanita kesembilan mengatakan: ”Suamiku adalah seorang terhormat, berpostur tinggi dan sangat dermawan, berumah dekat dengan tempat pertemuan.”

Wanita kesepuluh mengatakan: ”Suamiku bagaikan seorang raja, apa maksudnya? Suamiku adalah seorang pemilik unta yang banyak yang selalu menderum dan jarang sekali bergembala di padang rumput. Unta-unta tersebut jika mendengar suara alat musik kecapi, mereka merasa bahwa sebentar lagi mereka akan disembelih.”

Dan wanita yang kesebelas mengatakan: ”Suamiku bernama Abu Zar`in(seorang petani). Tahukah kamu siapakah Abu Zar`in? Dialah yang memberiku perhiasan anting-anting dan memberiku makan sehingga aku kelihatan gemuk dan selalu membuatku gembira sehingga aku merasa senang. Dia mendapati diriku dari keluarga tidak mampu yang tinggal di lereng bukit lalu mengajakku tinggal di daerah peternakan kuda dan unta dan dia juga seorang petani. Aku tidak pernah dicela bila berbicara di sisinya dan bila tidur aku dapat tidur dengan nyenyak sampai pagi. Dan bila minum aku dapat minum sampai puas. Lalu Ummu Abu Zar`in `, tahukah kamu siapakah Ummu Abu Zar`in `? Dia memiliki kantong-kantong bahan makanan yang besar-besar dan rumahnya sangat luas. Ibnu Abu Zar`in `, tahukah kamu siapakah Ibnu Abu Zar`in `? Dia memiliki tempat tidur laksana pedang yang dicabut dari sarungnya. Dia sudah merasa kenyang dengan hanya memakan sebelah kaki seekor anak kambing. Putri Abu Zar`in `, tahukah kamu siapakah putri Abu Zar`in ` itu? Ia adalah seorang yang amat patuh terhadap kedua orang tuanya. Tubuhnya gemuk dan suka menimbulkan rasa iri tetangganya. Budak perempuan Abu Zar`in `, tahukah kamu siapakah budak perempuan Abu Zar`in `? Ia tidak pernah menyebarkan rahasia pembicaraan kami dan tidak menyia-nyiakan persediaan makanan kami serta tidak pernah mengotori rumah kami seperti sarang burung.”

Ia (sang istri) melanjutkan:” Suatu hari Abu Zar`in ` keluar dengan membawa bejana-bejana susu yang akan dijadikan mentega lalu bertemu dengan seorang wanita bersama kedua anaknya yang seperti dua ekor anak singa bermain dengan dua buah delima di bawah pinggang ibunya. Setelah itu aku diceraikannya demi untuk menikahi wanita tersebut. Lalu aku menikah lagi dengan seorang lelaki terhormat serta dermawan. Ia menunggangi seekor kuda yang sangat cepat larinya sambil membawa sebatang tombak dan memperlihatkan kepadaku kandang ternak yang penuh dengan unta, sapi dan kambing serta memberikanku sepasang dari setiap jenis binatang ternak tersebut. Dia berkata: Makanlah wahai Ummu Zar`in` dan bawalah untuk keluargamu. Kalau kukumpulkan semua pemberiannya pasti tidak akan mencapai harga tempat minum paling kecil milik Abu Zar`in `.

Aisyah berkata: Rasulullah saw. bersabda kepadaku: “Aku terhadapmu adalah seperti Abu Zar`in` terhadap Ummu Zar`in.” (Shahih Bukhari - Muslim )

Tunggu Aku di Surga yaaa..... :)

Anisa, seorang perempuan shaliha yang tak hanya sekedar cantik, perhiasan iman dan keshalihannya menghiasi setiap langkahnya. Anisa cukup terkenal dikalangan aktivis,bisa dibilang mobilitasnya lumayan tinggi. Anisa mulai memasuki sebuah fase yang sering dialami setiap wanita. Usianya memasuki angka duapuluh lima tahun,hatinya mulai dihiasi rasa rindu yang tak bisa diurai dengan logika.

Perlahan Anisa menyusun kepingan-kepingan keinginannya dan mengumpulkan segenap kekuatan. Ia menemui murabbinya.

“ Mbak Hasna, saya ingin menikah. Tolong carikan saya calon ya Mbak…”

“ InsyaAllah dik,, biodata dan foto adik sudah disiapkan?”

“ Sudah mbak, ini biodata saya..”

“ Oke, adik jangan lupa terus berdoa ya…”

Dengan wajah penuh semangat dan azzam yang kuat, Anisa melangkah meninggalkan rumah Hasna. Sejak itu ia tak pernah berhenti berdoa. Setiap malam ia semakin rajin berkhalwat dengan Rabbnya. Sujudnya semakin panjang menghiasi setiap shalatnya.

“ Ya Rabb, hamba menyerahkan semua padaMu. Engkaulah yang Maha Mengetahui apa yang terbaik untuk hamba. Hamba hanya ingin seorang lelaki shalih. Yang kan mencintai hamba dengan kecintaanNya padaMu. Yang kan selalu membuat hamba iri dengan ketaatannya padaMu. Hamba ingin seorang lelaki shalih,, yang kan melepas hamba dengan ridha dan keikhlasannya ketika hamba berpulang kepadaMu.. “ Itulah sepenggal doa Anisa..

Hari berganti hari, belum ada kabar dari mbak Hasna. Disatu sisi Anisa gelisah, disatu sisi dia terus berusaha menenangkan dan menguatkan hatinya. Baru beberapa ia menyerahkan biodatanya, sedangkan diluar sana mungkin ada yang telah menunggu bertahun-tahun. “Ah… harus tetap semangat..!” bisiknya dalam hati.

Di tempat lain, sesosok laki-laki shalih, sedang bermunajah di penghujung malam. Hatinya menangis pilu. Beberapa kali hatinya terluka, lamarannya beberapa kali ditolak. Sedangkan usia semakin menunjukkan angka yang semakin tua, belum lagi orangtua yang semakin iba melihatnya tak kunjung bersanding dengan bidadari. Keinginan untuk menikah pun tak bisa dibenddung lagi. Ia tak tahu harus berikhtiar apalagi. Ia hanya bisa mengadukan pada RabbNya, memohon segenap kekuatan dan semangat yang sempat padam.

“ Nak, bapak dan ibu selalu mendoakan kamu. Mungkin yang kemarin-kemarin memang belum yang terbaik buat kamu…”.

Ia, Ahmad, tak kuasa menahan haru ketika teringat ucapan ibunya. Sebagai seorang laki-laki, ia cukup ideal. Ia laki-laki yang shalih, mapan dan dari keluarga yang baik.

Suatu hari, ketika ia beranjak dari tempat duduknya, setelah mengikuti kajian yang diadakan IKADI, ada seorang sahabat menyapanya.

“ Assalammu’alaykum.. Ahmad, apa kabar?”

“ Wa’alaykumsalam, Adit, Alhamdulillah, aku baik. Kamu gimana Dit?”

“ Alhamdulillah, baik. Aku sekarang sudah hampir punya dua anak. Istriku sedang hamil anak yang kedua. Kamu gimana? Sudah menikah?”

Ahmad yang tadinya ceria menyambut sapaan Adit kini berubah sedih. Adit mengajaknya duduk dibawah pohon besar dekat masjid. Pohon rindang yang lumayan menyejukkan. Kemudian Ahmad menceritakan semua kegagalannya menjemput bidadarinya.

“ Ahmad, saudaraku, kamu harus tetep semangat. Aku yakin bidadarimu tidak jauh lagi. Oh iya, kebetulan, adik-adik istriku beberapa ada yang meminta tolong untuk dicarikan suami. Gimana kalo kamu aku bantuin nyari juga? Siapa tahu jodoh?”

“ Bener nih Dit? Kamu serius?”

“ Ya iya lah Mad, urusan begini gak boleh lah main-main.”

Tidak menunggu lama, beberapa hari kemudian Ahmad silaturahim ke rumah Adit. Adit adalah suami Hasna, guru ngaji Anisa. Adit dan Hasna memberikan beberapa amplop tertutup yang isinya biodata muslimah. Ahmad mengambil satu dan kemudian ia istikharah. Tiga hari kemudian, Ahmad menyampaikan kemantapannya dengan muslimah yang pertama kali dia ambil biodatanya. Biodata yang menuliskan nama Anisa. Hasna pun menyampaikan kepada Anisa hingga proses ta’aruf pun terjadi

Mungkin inilah yang dinamakan jodoh. Keluarga Anisa maupun Ahmad sangat bahagia dan sangat merestui keduanya untuk menikah. Pertemuan keluargapun digelar, kedua keluarga memilih untuk menggelar pernikahan yang sederhana. Semua keluarga terlibat mempersiapkan pernikahan mereka. Termasuk Hasna dan Adit, yang menjadi orang terdekat Anisa dan Ahmad.

Seperti sebuah mimpi yang akan menjadi kenyataan bagi Anisa dan Ahmad. Beberapa waktu lalu mereka masih dalam kegundahan, menanti siapakan belahan jiwa mereka. Beberapa waktu lalu semua masih terbungkus rahasia dan diselaputi misteri. Sekarang? Tak terasa sampai di dua hari menjelang pernikahan.

“ Astaghfirullah, undangan buat temen-temen di kampus ketinggalan…” gumam Anisa. Dengan secepat kilat Syifa bersiap-siap menuju kampusnya. Ia akan menyampaikan undangannya ke teman-teman rohisnya dikampus.

“ Mau kemana nduk? Kok buru-buru gitu?” tiba-tiba ibu menhampirinya.

“ Mau nganter undangan ke temen-temen di kampus Bu, ketinggalan gitu.”

“ Nitip ke teman kamu aja Nduk, siapa gitu, kamu jaga kondisi biar gak kecapekan, kan kemaren udah muter-muter..”

“ InsyaAllah gapapa Bu, sungkan kalo nitip-nitip gitu. Anisa berangkat dulu ya..”

Anisa akhirnya berangkat ke kampusnya naik angkot. Jam satu siang, udara kota Malang sedang panas-panasnya tapi Anisa masih bersemangat. Saat turun dari angkot, menuju gerbang kampusnya ia melihat seorang anak kecil yang lucu sekali. Mirip ketika ia masih kecil dulu, pipinya chubby dan imut. Anak kecil itu begitu aktif, namun tiba-tiba anak kecil itu terlepas dari genggaman ibunya yang sedang merespon sapaan seorang wanita. Anak itu berlarian. Anisa melihat sebuah sedan melaju cepat ke arah anak kecil itu. Reflek Anisa berlari dan mendorong anak itu… Braaaaaakkkk…..!!!

Anisa tertabrak,terlempar jauh, bermeter-meter. Tubuhnya terguling hebat. Suasana menjadi riuh, banyak orang berdatangan mengerumuni tubuh Anisa yang berlumuran darah. Anisa tak sadarkan diri. Ia dilarikan kerumah sakit terdekat. Kondisi Anisa semakin kritis. Dokter sedang berusaha menyelamatkannya . keluarganya mulai berdatangan, ibu, ayah, adik, kakak dan beberapa paman dan bibinya. Mereka tak bisa menahan isak tangis sedihnya.

Anisa masih koma, tak sadarkan diri. Ibunya mencoba untuk tegar, dipakaikannya jilbab pada putrinya yang shaliha. Ibu Anisa ingin putrinya tetap cantk dalam balutan jilbabnya, jilbab pink kesayangannya. Tak lama kemudian Ahmad dan kedua orangtuanya datang. Ibu Ahmad yang masuk ke ruang ICU, Ahmad dan bapaknya menunggu diluar. Ibu Ahmad tak sanggup menahan airmata pilunya, dia mencium kening calon menantunya yang tergeletak tak berdaya.Ahmad pun tak bisa menyembunyikan kesedihannya, dia lebih banyak diam.

Hari ini harusnya Anisa menjadi seorang pengantin. Anisa masih tergolek lemah di ruang ICU, sesekali ia merespon kehadiran orang-orang didekatnya dengan kedipan matanya yang sayu. Dengan hati perih, Ahmad memasuki ruang ICU ditemani ibunya. “ Ibu, Ahmad punya satu permintaan. Tolong ijinkan Ahmad menikah dengan Anisa sekarang ya Bu…” Entah seperti kenapa, ibu Ahmad yang terlanjur mencintai calon menantunya itu mengiyakan permintaan anaknya.

Setelah keinginan Ahmad disampaikan kepada semua keluarga. Pernikahan pun segera disiapkan. Ibunya Anisa dan Ibunya Ahmad mendandani Anisa hingga ia nampak begitu cantik dengan gaun pengantin yang sudah dipersiapkan untuk hari bahagianya.

Suasana begitu haru, ayah Anisa sendiri yang akan menikahkan putrinya dengan Ahmad. “ Saya nikahkan putrid saya Anisa Nur Putri Himawan binti Arief Himawan dengan engkau Ahmad Indrawan bin Husein dengan mas kawin seperangkat alat shalat dibayar tunai…” “ Saya terima nikahnya Anisa Nur Putri Himawan binti Arief HImawan dengan mas kawin seperangkat alat shalat dibayar tunai..” Dan saksi-saksi pun berkata, “Sah..!”. Doa barokahpun mengalir menyambut perjanjian suci dua hati.

Hanya ada Ahmad dan Anisa di ruang ICU, Ahmad menggenggam tangan Anisa, mencium kening istrinya dan mendoakannya. Anisa meresponnya dengan senyuman. Ahmad bahagia sekali. “ Dik Anisa, emm bolehkan aku panggil Dik Anisa? Aku senang sekali akhirnya kita berdua dipertemukan Allah. Dik Anisa bahagia kan? Oh iya, aku hafal Ar Rahman loh.. aku bacain buat kamu ya…” Ayat demi ayat surah Ar Rahman mengalun menghiasi suasana romantis dua hati yang sedang mensyukuri kebersamaan mereka. Mungkin terlihat seperti kebersamaan yang sepi, namun dua hati mereka sedang berdialog dengan cinta yang tak bisa terlukiskan oleh tinta. Hanya mereka dan Tuhan yang tahu. Dan, ketika sampai di ayat yang terakhir, tangan Anisa menggenggam erat tangan Ahmad.

“ Dik Anisa mau bilang sesuatu?”, tanya Ahmad sembari mendekatkan telinganya. Namun tak terdengar apa-apa. Ahmad mencoba melihat gerak bibir istrinya yang terlihat lemah. “ Iya Anisa, aku insyaAllah ridho… sudah, anisa istirahat ya….” Anisa pun pelan-pelan kembali menggerakkan bibirnya, seakan mengucapkan sesuatu. Terdiam, pelan-pelan Anisa tersenyum dan menutup matanya untuk selamanya. Ahmad tak kuasa menahan airmatanya. Istri yang dicintainya telah pergi. Ahmad teringat dengan sebuah hadist, istri yang meninggal dunia dalam keridhaan suaminya akan masuk surga. (Ibnu Majah, TIrmidzi) “ Tunggu aku di surga ya Dik Anisa…” ucap Ahmad dengan senyum dan airmata yang bersamaan.

Minggu, 07 Oktober 2012

3 Amal Penolak Kesulitan

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wassalam Bersabda yang artinya; ”Barangsiapa dikaruniai Allah kenikmatan hendaklah dia bertahmid (memuji) kepada Allah ( ALHAMDULILLAH), dan barangsiapa merasa diperlambat rezekinya hendaklah dia beristighfar kepada Allah (ASTAGHFIRULLAH). Barangsiapa dilanda kesusahan dalam suatu masalah hendaklah mengucapkan  Laa haula walaa quwwata illaa billaahil'aliyyil' adzhim (Tiada daya dan tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung)"
(HR. Al- Baihaqi dan Ar-Rabii')

 Mari sahabatku sekalian jangan putus dari dzikrullah, tak ada yg bisa menentramkan, memberi kemudahan, melindungi, mencukupi lahir bathin kita selain Dia Yang Maha Baik dan Maha Kuasa atas segala-galanya.

Sabtu, 06 Oktober 2012

Evaluasi Yang Pernah Kita Kerjakan

Seorang anak laki-laki masuk ke sebuah toko. Ia mengambil peti minuman dan mendorongnya ke
dekat pesawat telepon koin. Lalu, ia naik ke atasnya sehingga ia bisa menekan tombol angka di telepon
dengan leluasa. Ditekannya tujuh digit angka. Si pemilik toko mengamati-amati tingkah anak ini dan menguping percakapan teleponnya.

Anak: Ibu, bisakah saya mendapat pekerjaan memotong rumput di halaman Ibu?

Ibu (di ujung telepon sebelah sana): Saya sudah punya orang untuk mengerjakannya.

Anak: Ibu bisa bayar saya setengah upah dari orang itu.

Ibu: Saya sudah sangat puas dengan hasil kerja orang itu.

Anak (dengan sedikit memaksa): Saya juga akan menyapu pinggiran trotoar Ibu dan saya jamin di hari Minggu halaman rumah Ibu akan jadi yang
tercantik di antara rumah -rumah yg berada di kompleks perumahan ibu.

Ibu: Tidak, terima kasih.

Dengan senyuman di wajahnya, anak itu menaruh kembali gagang telepon.

Si pemilik toko, yang sedari tadi mendengarkan, menghampiri anak itu.

Pemilik Toko: Nak, aku suka sikapmu, semangat positifmu, dan aku ingin menawarkanmu pekerjaan.

Anak: Tidak. Makasih.

Pemilik Toko: Tapi tadi kedengarannya kamu sangat menginginkan pekerjaan.

Anak: Oh, itu, Pak. Saya cuma mau mengecek apa kerjaan saya sudah bagus. Sayalah yang bekerja untuk Ibu tadi!

Filosofi Pohon Pisang

Pohon pisang tak mau mati sebelum berbuah. Ia
ingin kehadirannya di atas dunia ini bisa
memberi manfaat sebelum ajal datang
menjemput.

Tak sekadar itu, pohon pisang telah
mempersiapkan generasi penerusnya sebelum ia
mati. Tunas-tunas muda inilah yang akan
meneruskan tugasnya memberi kebaikan kepada
siapapun yang memetik buahnya, atau mengambil
daunnya atau memanfaatkan batangnya.

 Itulah pisang...

Manusia sebagai makhluk yang dikaruniai akal
seharusnya bisa berbuat lebih dari sekadar
batang pisang…

Ayam dan Babi

Suatu ketika Syeikh Muhammad Abduh mengunjungi Perancis. Beberapa mahasiswa menanyakan padanya tentang alasan ajaran Islam mengharamkan babi. "Umat Islam mengatakan babi itu haram karena memakan sampah yang mengandung cacing pita, mikroba, dan bakteri-bakteri berbahaya. Sekarang, semua itu sudah hampir tidak ada karena babi dipelihara di peternakan modern, kebersihannya terjamin, dan proses sterilisasi yang sudah memadai. Bagaimana mungkin babi-babi itu terjangkit cacing pita atau bakteri dan mikroba berbahaya?"

Muhammad Abduh tidak langsung menjawab. Dengan cerdik beliau minta dihadirkan 2 ekor ayam jantan dan 1 ekor ayam betina, serta 2 ekor babi jantan dan 1 ekor babi betina.

Mereka bertanya, "Untuk apa semua ini?"

"Penuhi apa yang saya minta, maka akan saya perlihatkan satu rahasia," jawab Syeikh

Mereka memenuhi permintaan Muhammad Abduh. Pemikir Islam ini segera mengurung 2 ekor ayam jantan bersama 1 ekor ayam betina dalam 1 kandang. Apa yang terjadi? Dua ekor ayam jantan itu berkelahi dan saling membunuh untuk mendapatkan ayam betina. Setelah itu Muhammad Abduh melepas 2 ekor babi jantan dg 1 ekor babi betina. Kali ini, mereka menyaksikan sebuah "keanehan". Tidak ada sedikit pun perkelahian utk memperebutkan babi betina. Tanpa rasa cemburu dan harga diri, babi jantan yang satu justru membantu babi jantan lainnya melaksanakan hajat seksualnya. Mengapa hal ini terjadi? "

Saudara-saudariku semua, daging babi membunuh 'ghirah' orang yang memakannya. Itulah yang terjadi pada kalian.
Seorang lelaki dari kalian membiarkan istrinya bersama lelaki lain, tanpa rasa cemburu.
Seorang bapak di antara kalian melihat anak perempuannya bersama lelaki asing, tapi kalian membiarkannya tanpa rasa cemburu dan was-was.
Sesungguhnya, daging babi itu menularkan sifat-sifat buruk pada orang yang memakannya.

Muhammad Abduh kemudian memberikan contoh-contoh baik dalam syariat Islam. Misalnya, Islam mengharamkan beberapa jenis ternak dan unggas yang berkeliaran serta memakan kotorannya. Siapapun yang ingin menyembelihnya harus mengurungnya selama beberapa hari serta memberinya pakan yg sesuai. Mengapa? Agar perutnya terbebas dari kotoran-kotoran yang mengandung bakteri dan mikroba berbahaya yang bisa menular pada manusia. Itulah hukum Allah. Itulah perlindungan dan kasih sayang Al-Khaliq kepada manusia.

Bagi wanita, manakah yang terbaik? :)

Analisa: Bagi wanita, manakah yang terbaik? Menikah dengan orang yang mencintainya atau dengan orang yang dicintainya?

Tahukah Anda?

Bagi seorang wanita itu, lebih baik dia menikah dengan orang yang mencintainya daripada dengan pria yang dia cintai, maka saat datang kepadanya seorang lelaki yang baik agamanya, maka bukalah hati Anda untuk menerimanya, karena cinta itu mudah bangkit dan mengikuti jiwa-jiwa yang tunduk ikhlas di hadapan-Nya.

Mengapa demikian?

Mari kita analisa bersama..

Sebelumnya saya tegaskan, analisa saya subjeknya adalah lelaki yang datang melamar dan dia baik agamanya, sedangkan yang dicintai si wanita belum jelas agamanya. Dan ini telah banyak terjadi, yang berujung si wanita tetap dalam penantiannya yang tak menentu bagi akhiratnya serta meninggalkan lelaki yang terbaik untuk agama dan akhiratnya.

---

Analisa pertama:

Wanita ditakdirkan sebagai seorang makmum, maka langkah dan geraknya di masa datang akan sangat terpengaruh oleh suaminya, jika ia mendapatkan seorang suami yang sholeh, maka dengan sendirinya ia mempunyai peluang yang besar untuk mengikutinya, dan jika dia mendapatkan seorang suami yang durhaka, maka besar peluangnya ia akan ikut terseret.

Analisa kedua:

Lelaki yang mencintainya dengan tulus akan mampu memperlakukannya dengan baik di saat dia marah, di saat dia benci, sedangkan lelaki yang dicintainya belum tentu memiliki perasaan yang sebanding, maka keadaan yang terjadi kerap kali si wanita menjadi objek, baik pemerasan, korban, dan sesuatu yang menyakitkan kerap menyapanya, baik itu ringan tangan, ataupun yang lainnya.

Analisa ketiga:

Lelaki yang mencintainya dengan tulus, akan siap berkorban, mampu melindunginya di saat-saat dia membutuhkannya, karena sebagaimana Anda jika memiliki suatu barang kesayangan, tentu takkan rela jika barangnya itu disia-siakan.

Analisa keempat:

Seseorang yang mencintai, biasanya sanggup berkorban untuk yang dicintainya, mendahulukan kepentingannya, mudah memaafkan, berusaha menerima kondisi dan keadaan karakternya, perhatian, dan akan mudah menemui rasa sabarnya dan banyak menanamkan rasa pengertiannya.

Nah itu 4 analisa yang saya dapatkan, adapun kebanyakan kasus yang terjadi adalah kebingungan wanita, "bagaimana mungkin saya menikah dengan orang yang tak saya cintai?". Ini fokus permasalahan utamanya, iya kan?

---

Memang sekilas keterlaluan jika saya menyarankan kepada Anda muslimah untuk menikah dengan orang yang tidak Anda cintai. Tapi sungguh dari banyak kasus dan pengalaman, menikah dengan orang yang mencintai Anda dan dia baik agama serta akhlaknya, jauh lebih berhasil ketimbang dengan yang GaJeBo (baca: Ga Jelas Bo!!)

Karena wanita itu kerap membutuhkan support, kerap membutuhkan suatu penopang di saat-saat tertentu dia mendapatkan masalah, maka seseorang yang baik agamanya dan mencintai dia dengan tulus, akan mampu melakukannya dengan baik, masih tidak percaya?

Seseorang yang GaJeBo, di saat-saat seperti itu biasanya akan cenderung mencuekkan Anda, meninggalkan Anda sendirian, karena keasyikkannya bukanlah dengan Anda, dia hanya merasakan bahwa dia dipuja, dia disanjung, dan Anda takkan mampu hidup tanpanya, maka biasanya tipe seperti ini selalu banyak keinginan, banyak menuntut, minta dimengerti bukan memahami.

Misal, dia akan mengeluh di saat Anda tak mampu memberikannya pelayanan yang baik di saat Anda mengalami masa-masa haidh, di saat terjadi masalah dia akan selalu mengeluhkan kekurangan Anda tanpa merasa dirinya pun banyak melakukan kelalaian, dia merasa super sendirian dan dia mampu berlalu dari kehidupan Anda dengan wajah tanpa dosa di saat dia meninggalkan Anda (baca: bercerai). Dia sanggup meninggalkan Anda yang sibuk dengan anak-anak Anda, dia sama sekali tak bertanggung jawab terhadap anak-anaknya dengan berbagai dalih dan alasan, entah itu tak memiliki pekerjaan, tak memiliki kelebihan nafkah, dia LUPA bahwasanya kewajibannyalah selaku ayah, imam, pengayom dan pembimbing yang wajib menafkahi anak-anaknya sekalipun sudah berpisah. Dia bermental banci, berani berbuat tapi takut tanggung jawab, dia tidak merasakan rasa malu sedikitpun bahwasanya, "Kok malah istrinya, ibu dari anak-anaknya yang membiayai dan menghidupi anak-anaknya, padahal di satu sisi dia seorang pria yang gagah perkasa dan layak dihormati oleh istrinya !!!"

Nah itulah sekelumit gambaran, sekelumit analisa, mengapa Anda sebaiknya menikah dengan orang yang mencintai Anda muslimah dan dia telah Anda dapati dengan sebenar-benarnya adalah seorang yang sholeh dan baik agamanya, maka sekalipun fisiknya tidak sreg di hati Anda, penghasilannya jauh di bawah Anda, maka lupakan itu, targetkan akhirat Anda, karena kehidupan Anda tidak selamanya hanya dengan ketampanan, dan roda pun berputar, tak selamanya si miskin itu berjalan kaki, suatu hari dia, jika Allah kehendaki dia akan mampu mengantar Anda dengan sebuah mobil BMW!! Insya Allah..

---

Nah sebagai penutup, maka saya sedikit singgung beberapa hal yang mesti Anda lirik dari calon suami Anda sendiri:

Pilih yang lurus aqidahnya, karena kunci syurga dan neraka ada pada aqidahnya.

Pilih yang memiliki pemahaman ilmu yang cukup baik, saya tak mengatakan yang mumpuni sekelas ustadz-ustadz alumnus Yaman atau Madinah, tapi setidaknya dia seorang yang mau belajar dan terus belajar dan mampu mengukur kekurangan dirinya, artinya bukan yang merasa SOTOY (Sok Tahu) tapi yang mau diluruskan dan menerima masukan yang berharga. Karena kelak, sebaik-baiknya pengajar Anda adalah suami Anda sendiri.
Pilih yang baik akhlaknya, karena ada sebagian yang memiliki pemahaman baik dan aqidah yang lurus, namun memiliki temperamen dan akhlak yang buruk. Bukankah sebaik-baiknya muslim adalah yang memperlakukan istrinya dengan baik? Dan kunci rumah tangga (yang) sukses adalah akhlak yang baik dari suami dan istri. Dengan akhlak yang baik, masalah-masalah yang terjadi bisa diselesaikan dengan cara yang baik pula.

Nah, memang tak mudah untuk menggapai dan meraih semua point di atas, kuncinya adalah carilah tahu kepada orang-orang yang mengenalnya dengan baik, bagaimana keadaan dia, bagaimana pemahaman dan kelurusan aqidahnya.

Selain itu, jangan biarkan dia sendirian berjuang memperjuangkan permintaannya kepada keluarga Anda. Namun Anda pun mesti membantu perjuangannya demi mendapatkan akhirat Anda yang baik, dan terakhir saya katakan kepada Anda, KEMISKINAN CALON SUAMI BUKAN PENGHALANG ANDA MENIKAH DENGANNYA, KECUALI JIKA ANDA SUDAH MENGUKUR DAN MENUKAR AKHIRAT ANDA DENGAN URUSAN DUNIA YANG SERBA RIBET. MAKA NASEHAT SAYA INI PUN TAK LAGI MENJADI BERHARGA !!!

Selamat berjuang saudariku. Semoga Allah memudahkan urusan engkau saudariku.

Allahu a'lam..

Jumat, 05 Oktober 2012

Sepuluh ribu rupiah

Menjelang shalat Isya, seorang wartawan duduk kelelahan di halaman sebuah masjid. Perutnya bertalu-talu karena keroncongan. Kepalanya clingak-clinguk mencari tukang jual makanan, tapi tak kunjung menemukannya. Dari wajahnya, tampak gurat-gurat kekecewaan.

Usut punya usut, si Wartawan ini tengah kecewa berat karena gagal bertemu dengan seorang tokoh yang hendak diwawancarai. Betapa tidak kecewa, sejak siang hari dia sudah "mengejar-ngejar" tokoh tersebut. Siang hari, mereka janji bertemu di sebuah kantor.

Beberapa saat sebelum waktu pertemuan itu berlangsung, tokoh penting ini mendadak membatalkan janji, ada acara mendadak katanya. Militansinya sebagai seorang wartawan untuk mendapatkan berita telah membuat pria muda ini mendatangi hotel tempat si Pejabat meeting. Dua jam lamanya, dia menunggu. Namun sial, si Pejabat itu keluar dari pintu samping hotel sehingga tidak sempat bertemu sang Wartawan.

Tidak mau patah arang, dia segera mencari tahu di mana keberadaan pejabat itu. Dia pun mendapatkan informasi bahwa orang yang dicarinya itu sudah pulang ke rumahnya di sebuah kompleks perumahan elite. Tanpa banyak berpikir, sang Wartawan tancap gas. Dengan motornya yang sudah agak butut, dia mendatangi perumahan tersebut. Walau harus tanya sana-tanya sini, akhirnya dia bisa sampai ke rumah si Pejabat.

"Aduh maaf, Mas, Bapaknya barusan pergi lagi. Ada pertemuan lagi katanya. Tapi, Bapak nggak bilang di mananya," kata si penghuni rumah.

Lunglailah kaki si Wartawan. Dia pun pergi. Berkali-kali dia coba mengontak si pejabat, tetapi berkali-kali pula ponselnya tidak diangkat. Sudah terbayang di benaknya kalau nanti malam dia akan ditegur atasannya karena tidak mampu mendapatkan berita. Perutnya yang keroncongan seakan menambah derita.

Saat duduk di masjid itulah, dia melihat seorang kakek yang baru saja menunaikan shalat maghrib. Dipandanginya kakek itu. Tampangnya sangat tidak meyakinkan: tinggi, kurus, jambang putihnya tidak terurus, pakaiannya sangat sederhana dan sudah luntur warnanya, sandal jepitnya pun sudah butut.

Kakek itu menghampiri sebuah tanggungan kayu bakar. Lalu, mengambil topi dan duduk melepas lelah tak jauh dari tempat si Wartawan. Kerutan wajahnya yang hitam terbakar matahari seakan tampak makin mengerut karena kelelahan.

"Cep, peryogi suluh henteu? Peserlah suluh anu Bapa, ieu ti enjing-enjing teu acan pajeng!" kata Pak Tua kepada si Wartawan. Maksudnya, dia menawarkan kayu bakar yang dibawanya karena sejak dari pagi tidak laku-laku.

"Punten Bapa, abdi di Bumi teu nganggo suluh (Maaf Bapak, saya di rumah tidak menggunakan kayu bakar)," jawabnya.

"Oh muhun, teu sawios. Mangga atuh, Bapa tipayun, (Oh iya, nggak apa-apa. Kalau begitu permisi, Bapak duluan)," ujar Pak Tua penjual kayu bakar itu.

Sebelum Pak Tua itu pergi, si Wartawan segera mengambil dompet. Dilihatnya hanya ada uang sepuluh ribu, satu-satunya, plus beberapa keping uang receh. Itulah hartanya yang tersisa pada hari itu untuk makan dan membeli bensin. Namun, semua itu dia abaikan. Dia berikan uang sepuluh ribu itu kepada Pak Tua. Walau awalnya menolak, tapi akhirnya dia menerimanya pula.

Sambil menahan tangis haru, Pak Tua berkata, "Hatur nuhun Kasep, tos nulungan Bapak. Mugi-mugi Gusti Alloh ngagentosan kunu langkung ageung (Terima kasih, Cakep, sudah menolong Bapak, semoga Gusti Allah menggantinya dengan yang lebih besar)." Ternyata, Bapak ini sejak pagi belum makan dan tidak punya uang untuk pulang.

Selembar sepuluh ribu telah mengubah segalanya. Dia te-lah sudi memasukkan rasa bahagia kepada saudaranya yang tengah kesusahan, Allah Subhanahu Wa Ta'ala. pun langsung membalasnya dengan memasukkan rasa bahagia yang berlipat-lipat ke dalam hatinya.

Rasa lapar, penat, dan hati dongkol yang sebelumnya mendominasi dirinya langsung hilang sirna berganti kelapangan dan kebahagiaan. Uang sepuluh ribu itu benar-benar memberikan kepuasan yang sensasinya sulit terlupakan. Dia tidak bisa berkata apa-apa selain dari tetesan air mata bahagia. "Terima kasih, ya Allah, engkau telah memberiku rezeki sehingga bisa berbagi," gumamnya.

Tak lama kemudian, datanglah karunia yang kedua. Ponselnya tiba-tiba berbunyi, dilihatnya sebuah pesan dari atasannya kalau dia tidak perlu lagi mengejar si Pejabat karena ada narasumber lain yang lebih kompeten yang siap diwawancara seorang rekannya. Dia hanya memberi penugasan untuk meliput sebuah acara syukuran di salah satu hotel berbintang.

Karunia Allah yang ketiga pun segera datang. Di sela-sela acara liputan di hotel itu, sang Wartawan dipersilakan oleh panitia untuk menikmati hidangan mewah yang tersedia sepuasnya. Menjelang pulang, dia mendapatkan sebuah doorprize dan beberapa buah bingkisan sebagai ucapan terima kasih dari pihak penyelenggara. "Malam yang indah ...," ujarnya.

___

Walau balasan untuk kebaikan dan kejahatan itu dijanjikan Tuhan pada hari kebangkitan, tetap saja muncul suatu keadaan yang mewakili balasan itu. Apabila manusia bergembira di dalam hatinya, itu adalah balasan karena telah membuat orang lain bahagia.

Apabila sedih, itulah balasan karena telah membuat orang lain sedih.

Terdapat suatu bentuk balasan sebagai pemisah hari kebangkitan.

"Serahkan pada اَللّهُ"

A : "Sist, mau nikah ya?"
B : "Insya اَللّهُ mau lah.. Kan sunnah Rasulullah.."
A : "Udah punya calon?"
B : "Alhamdulillah sudah, kan sudah ditulis sama اَللّهُ"
A : "Siapa dia?"
B : "Insya اَللّهُ dia adalah lelaki pilihan اَللّهُ"
A : "Mengapa mau nikah sama dia?"
B : "Insya اَللّهُ memilih dia karena اَللّهُ"
A : "Bagaimana nanti ketemunya?"
B : "Yakin saja,اَللّهُ punya cara yang tak pernah kita duga. Percaya saja sama اَللّهُ "
A : "Lah, kapan donk nikahnya?"
B : "Hmm.. اَللّهُ Maha Tahu kok kapan waktu yang tepat dan terbaik"
A : "Terus dimana ketemunya?"
B : "Tenang... Masih di bumi اَللّهُ , klo toh memang tidak di dunia, Insya اَللّهُ di syurganya اَللّهُ "
A : "Jadi..."
 B : "Serahkan pada اَللّهُ, niatkn tuk gapai ridhaNya semata. Insya اَللّهُ beres! ^_^"

*Kata seorg ustadzah, "Apapun yg brkaitan dgn rezeki (trmsk jodoh), jgn diletakkan di hati! Tapi benar2 serahkn pada اَللّهُ.."

Kamis, 04 Oktober 2012

BERSYUKUR MELALUI PECEL LELE

Karena hujan yg tidak kunjung berhenti, akhirnya saya memutuskan menerobos hujan karena hari sudah malam & sampai Tegalega, perut dah ga bisa diajak kompromi, akhirnya saya memutuskan mampir di warung nasi tenda dipinggir jalan..

Lagi asik asiknya menikmati pecel lele, masuklah seorang bapak, dg istri & 2 anaknya. Yang menarik adalah kendaraan mereka adalah gerobak dorong.

Lalu bapak ini memesan 2 piring nasi & pecel lele, untuk istri & anaknya. Pertamanya sih ga ada yg menarik, tetapi ketika saya selesai makan, ada yg menarik hati saya..Ternyata, yg menikmati makanan itu HANYA istri dan anaknya. Sedangkan sang bapak hanya melihat istri & anaknya menikmati makanan ini. Sesekali saya melihat anak ini tertawa senang sekali & sangat menikmati pecel lele yang dipesan oleh bapaknya.

Saya perhatikan, wajah sang bapak, walau tampak kelelahan, terlihat SENYUM BAHAGIA di wajahnya.
Lalu saya mendengar dia berkata, "...Makan yg puas yaa Nak, toh..hari ini tanggal kelahiranmu..". Rupanya mereka sedang merayakan Ulang Tahun anak mereka....

Saya terharu mendengarnya. Seorang bapak, dengan segala keterbatasannya, sebagai (mungkin) pemulung.. membeli ayam goreng warung tenda dipinggir jalan, untuk hadiah anaknya.

Hampir mau menangis rasanya saya di warung itu.
Segera sebelum air mata ini tumpah, saya berdiri & membayar makanan saya & juga dengan pelan pelan saya bilang sama penjaga warung, "Mas, tagihan bapak itu, saya yg bayar...dan tolong tambahin ayam goreng dan tahu tempe". Lalu lekas lekas saya pergi...

 Kisah ini ditulis untuk bahan perenungan. Bahwa Allah Subhanahu Wa Ta'ala sudah memberikan yang terbaik untuk saya saat ini. Kita biasa makan di Sushi-Tei, Kentucky, Mc Donald, Hoka Hoka Bento, Pizza Hut dsb... Tetapi bagi orang disekitar kita, pecel lele dipinggir jalan, adalah makanan MEWAH buat mereka....

Sungguh TAK PANTAS bagi saya untuk mengeluh. Semoga bermanfaat. Sungguh rasa syukur akan mengantarkan rasa bahagia...

Quotes:
"Saat kita merasa BENCI dengan hidup kita, pikirkanlah kembali. Karena ada banyak orang yang memimpikan hidup seperti hidup kita saat ini...".

"Orang-orang yang paling berbahagia tidak selalu memiliki hal-hal terbaik, mereka hanya berusaha menjadikan yang terbaik dari setiap hal yang hadir dalam hidupnya....".

Senin, 24 September 2012

Bunga Mawar dan Pohon Cemara



Suatu hari di tengah hutan, bunga mawar menertawakan pohon cemara. Katanya, "Meskipun kamu tumbuh begitu tegap, tapi kamu tidak harum sehingga tidak bisa menarik kumbang dan lebah untuk mendekat."

Pohon cemara diam saja. Kemudian, bunga mawar menceritakan keburukan pohon cemara dimana-mana. Akhirnya, pohon cemara menjadi tersingkir dan menyendiri di tengah hutan.



Ketika musim dingin yang hebat datang, salju turun dengan lebatnya. Bunga mawar yang sombong itu, kesulitan mempertahankan kehidupannya. Demikian juga dengan pohon dan bunga-bunga lainnya. Hanya pohon cemara yang masih tegak berdiri, di tengah badai salju dingin yang menerpa bumi.

Pada tengah malam yang sunyi, salju berbincang-bincang dengan pohon cemara.

Kata salju, "Setiap tahun, aku datang ke muka bumi ini. Dan kamulah satu-satunya yang dapat melewati ujian saya. Kamu mampu berdiri tegak, dalam menahan segala macam tekanan alam."

Kita bisa ambil pelajaran dari cerita di atas :

Bunga mawar dalam cerita atas bersifat congkak, dan kepuasan yang didapatnya hanya bersifat sebentar. Sementara itu, pohon cemara berlapang dada, hatinya bagaikan langit besar tak bertepi saat menerima fitnah dan cela.

Mari, belajar dari si pohon cemara. Dia tegar saat "menahan serangan", baik itu serangan berupa tindakan, ucapan, atau pikiran. Keberadaannya sendiri begitu menyejukkan, hangat, dan damai.

Ingat: dengan keteguhan jiwa dan pikiran, kebahagiaan dapat kita raih. Caci maki dan fitnah sekalipun, tidak akan mampu menjatuhkan orang yang kuat! Setuju kan?